"Neram buitni Umpu Belunguh najin khang mawat pulippuh persatuan tutop mekukuh makdapok tigaginjuh. Unyin guai setulungan niLiak hulun mufakat dang ngehalai ketukhunan nyin ne ram tutop terhormat. Sai kuat nulung Sai lemoh, haguk khuppok dang mak iwoh, sai tuha tihormati sai ngukha tisayangi. Timisalko ijuk lamban, wat tihang, wat hatokna, mana tian setukkok'an, mekukuh khik betiknana."

LEHOT NI : Ina Dalom Yusnani Pn Jaya Dilampung

Rabu, 05 Juni 2013

Marga Marga Di Wilayah Sekala Brak

Ditulis Oleh : Puniakan Dalom Beliau Ahmad Syafe'i
gelar Sultan Ratu Pikulun
DePesirah Marga Buay Belunguh

Sedikit singkatan yang ingin memperdalam pengetahuan tentang daerah Lampung maka hendaknya menjadi patokan kita bahwa sejak bermula sampai dipertukarkan Bengkulu dengan Malaka berada dibawah kekuasaan kompeni Inggeris. Berlain halnya dengan daerah Lampung lainnya yg keadaannya silih berganti dibawah kekuasaan Kompeni Belanda dn Inggeris, maka tahun tahun kejadian didaerah lampung janganlah dipautkan dengan daerah krui, karena bisa membingungkan. Demikian pula kiranya diantara pembaca ingin menyocokkan tahun tahun kejadian sejarah setempat maka dibawah ini akan penulis uraikan ketatanegaraan pembagian daerah dibawah Kompeni Inggeris yang penulis kutip dari catatan Prof.mr.C.van Volenhoven ahli sejarah Bangsa Belanda dengan judul "De Contrale reehtagemeenechappen overzee."
Sewaktu permulaan kerajaan Belanda kembali menguasai daerah timur jauh pada tahun 1816 dan 1817 kedapatan ketatanegaraan yang terbagi dalam 4 bagian, kesemuaannya tunduk lansung dibawah Gubernur Jendral Inggrus di Calcuta. Lort Meira 1813-1823). Bagian yg pertama; Dinamai Yava dan daerah taklukannya dibawah kekuasaan Inggeris sejak tahun 1811 sampai 1816 terdiri dari: Pulau Jawa Palembang, Bangka, Banjar Masin , Makasar dan Bali daerah yang pada tahun 1811 sisa yang masih dapat dikuasaai Belanda dibawah seorang Licutenant-covernor. Raffles Fendall berkedudukan di Batavia. Bagian yang ke 2 diberi nama Meluken (Maluku), dibawah kekuasaan Inggris sejak tahun 1811-1817 dibawah seorang Residen (Opperresident) yang terakhir bernama Briant Martin, berkedudukan di Ambon. Bagian yang ke 3 dinamakan Malaka dan daerah Taklukannya dibawah kekuasaan inggris sejak tahun 1795-th1816,tadanya dibawah seorang Licutenant-Covernor tetapi sjk th 1805 dibawah presidency berkedukan di pulau Pinang. Bagian yang ke 4 bengkulu di Sumatra selatan dan sejak tahun 1684 dibawah kekuasaan Inggeris. Mulai tahun 1765-1801 selaku Presidentshap dikepalai seorang president berkedudukan di bengkulu Fort MarlberOugh, tetapi sejak waktu itu menjadi bahagian dari Presidentshap bengalen (Benggala) meskipun Raffles pada th 1817 telah berpangkat Lieutenant-Cavernor. Pada thn 1825 bahagian yang ke 3 (Malaka) yang sejak tahun 1816 kembali dalam kekuasaan Belanda ditukarkan denga bahagian yan g ke4 Bengkulu, lihat lampiran.
Seperti telah berulang kali diterangkan bahwa pada tahun 1751 Seluruh Lampung diserahkan oleh Sultan Banten (Pangeran gusti) kepada Kompeni Belanda tetapi pemerintahan lansung masih dilakukan oleh Sultan Banten (sebelum seluruh Krui dikuasai oleh Kompeni Inggeris). Demikian pula halnya pada tahun 1808 sewaktu kesultanan Banten oleh Daendels dimasukan selaku jajahan Belanda, maka Lampung digabungkan pada Ommelanden van Batavia. Baharu setelah tahun 1813 kompeni Inggeris (Raffles) Memaksukan Sultan Banten (Ratu Alaudin) turun dari tahtanya. Pemerintah lansung dari Kompeni Inggris pada seluruh Lampung dijalankan. Daerah Krui walau tlh lama dibawah kekuasaan Kompeni Inggeris sekarang Positif (resmi) dimasukkan Kekerisidenan Bengkulu. Jadi seluruh daerah kekuasaan ex Kerajaan Paksi Pak, dikurangi Buay Belunguh dn Buay Kenyangan yang telah diambil oleh Sultan Palembang, dijadikan satu afdeeling kemudian berobah menjadi Onderafdeeling Krui terpisah dari daerah lampung lainnya. Tentang sebutan Punggawa atau Kepunggawaan tidak pernah disebut sebut lagi seperti halnya ketika masih dikuasai oleh Sultan Banten, hanya kita dapati didalam surat surat perjanjian dengan kompeni kata kata pangeran kepada punggawa punggawa itu dan memang tepat, sebab menurut adat memang gelaran yg teruntuk bagi anak sulung garis lurus keturunan Paksi Pak adalah Pangeran. Kemungkinan juga ada maksud Kompeni untuk membagi bagi daerah kepunggawaan sehingga tidak layak lagi memakai sebutan Punggawa. Dugaan demikian menjadi kenyataan, segera setelah kompeni merasa berkuasa penuh, daerah kepunggawaan itu dipecah dalam beberapa bagian, tiap tiap bagian disebut Marga, bahasa Sangkerta verga adalah kelompok keluarga besaran dikepalai oleh seorang Kepala Marga dg sebutan Pasirah/Pangeran. Pemerintah melakukan politik ini dengan pandangan, semakin banyak dipecah didalam marga marga, semakin lemah keadaan Rakyat sehingga tidak dikuatirkan akan melakukan pemberontakan. ada kemungkinan pemerintahan susunan pemerintahan dalam Marga yg diterapkan didaerah krui itu mengambil contoh dari susunan pemerintah di Bengkulu atau daerah dalam kekuasaan Sultan Palembang. Kalau menilik didaerah Lampung dibawah Kompeni Belanda tidak diadakan Marga marga melainkan dibagi didalam Distrik distrik, oleh sebab itu Kresedenan Lampung disebut "residentin Lampongsho-distrieten" baharulah beberapa Abad kemudian yaitu pada thn 1928 dibentuknya Marga Marga oleh pemerintah Belanda.
Sewaktu diadakan serah terima dari Kompeni Inggeris kepada Belanda terdapat didaerah Krui Marga Marga sebagai berikut :
1.Marga Sukau.
2.Marga Kembahang.
3.Marga Pugung Tampak.
4.Marga Pugung Bandar(Pugung penengahan)
5.Marga Pugung Malaya.
6.Marga Wai Sindi (Ulok Pandan)
7.Marga Penggawa Lima.
8.Marga Tenumbang.
9.Marga Ngaras.berasal dari Sukau
10. Marga Bengkunat berasal dari Semangka.
11. Marga Ngambur berasal dari Kembahang.
12. Marga Blimbing berasal dari Semangka.
Si ibukota Krui terdiri dari kampung kampung yang berdiri sendiri dengan nama nama menurut asal penduduknya yaitu Pauh, Libahaji, Semangka dan Bengkulu. Setelah berada dibawah Kekuasaan pemerintah Belanda jumlah 12 Marga dan 4 Kampung itu belum juga cukup memuaskan sehingga dilakukan lagi pemecahan pemecahan dari Marga marga yang dipandang masih kuat serta dapat membahayakan kedudukannya. Maka berdirilah Marga2 baru:
1. Marga Pulau Pisang tahun 1835 berasal dari kampung Bengkulu, dulu pasar Pulau Pisang tempat pelabuhan Kapal Krui dan Marga ini adalah pecahan dari Marga Wai Sindi (ulok). Penduduknya sejak dulu merantau dan menjadi guru dimana mana Sebutannya pada pasirah ialah Datuk.
2. Marga Wai Napal tahun 1852 berasal dari muara Nasal (Kauray:Pecahan dari Marga Tenumbang, dalam Marga ini berlaku adat Semenda (matriarchaat)
3. Marga pasar Krui thn 1860, yaitu kesatuan dari kampung kampung Pauh, Libahaji, semangka dan Bengkulu, juga dalam Marga ini berlaku adat Semenda. Tadinya sebutan Pada Pasirah yaitu Datuk, kmudian berubah menjadi Pasirah seperti di Marga Marga lainnya. Disini tempat ibukota 0ndrafdeeling dan tempat pelabuhan kapal dipindahkn dari Pulau Pisang.
4. Marga Liwa, thn1861 pecahan dari Marga Sukau hawanya sejuk terdapat ditiga persimpangan jalan penting kepesisir Krui, ke Ranau dan kearah Kota Bumi: Tmpat Kepala Pemerintahan Ondrafdeeling dipindahkan dari krui ke Liwa kemudian tempat ibukota Kewedanaan.
5. Penggawa V Ilir (Marga Pedada), Penggawa V Tengah (Marga Bandar) Penggawa V Ulu (Marga Laai) thn 1871 tadinya terdiri dari satu Marga yaitu Marga Penggawa Lima.
6. Marga Suoh tahun 1878. Pada thn 1878 Marga Buay Belunguh dan Marga Buay Kenyangan dengan surat Ketetapan Pemerintah tgl 12 Januari 1878 no2 (Staatablad 1878 no 27) dikembalikan dari daerah Palembang digabungkan krafdeeling krui Kresidenan Bengkulu, bersamaan waktu itu masing masing dari kedua Marga bemberikan sebagian tanah buminya untuk pembentukan Marga suoh.
7. Marga ulu Krui thn 1882 pecahan dari marga Liwa. Sewaktu Batin Pikulun gelar Pangeran Penghulu Raja membuat surat perjanjian persahabatan dengan Kompeni Inggeris ada dicantumkan bahwa di Gunung Kemala yang kemudian menjadi Marga Ulu Krui, pangeran meletakan Wakilnya bergelar ki Demang Angkat Kompeni.
8. Marga Wai Tenong tahun 1900 pecahan dari Marga Buay Belunguh penduduknya berasal dari Makakau pulau duku dan ulu Damar dalam ini Marga berlaku Adat Semanda pernah rakyatnya hanya tinggal 25 mata gawe lagi karna pindah ke ulu Semuong tetapi datang pindahan dari semende Darat ditambah pula didatangkannya ex Pejuang dari Wai Petai dan kebun tebu serta dibukak jalan dari Kenali ke Bukit Kemuning maka tempat tempat ini sekarang menjadi ramai sehingga dibentuk kecamatan Sumber Jaya.
Sebenarnya gelaran Pangeran telah ada sejak dahulu yaitu gelaran yang diperuntukan kepada anak Sulung Keturunan Lurus Paksi Pak dan kebiasaan itu diteruskan waktu pemerintahan sultan Banten tetapi setelah Belanda berkuasa gelaran itu diperuntukan sebaik baiknya guna kepentingan penjajahannya Yaitu siapapun yang menjadi Kepala Marga atau pasirah kalau dapat menunjukan bukti kesetiaannya. Pada pemerintah Belanda diberi hadiah Gelaran Pangeran gelaran itu hanya berlaku untuknya tdk boleh dituurunkan pada anak cucunya.Tdk demikian di kresidenan Lampung(Lampongshe-distretricten)mungkin tadinya tdk diadakan Marga2 sehingga pemerintah Belanda tdk cukup alasan untk mengadakan prombakan2pada jurusan iu.6$

Tidak ada komentar:

Posting Komentar