"Neram buitni Umpu Belunguh najin khang mawat pulippuh persatuan tutop mekukuh makdapok tigaginjuh. Unyin guai setulungan niLiak hulun mufakat dang ngehalai ketukhunan nyin ne ram tutop terhormat. Sai kuat nulung Sai lemoh, haguk khuppok dang mak iwoh, sai tuha tihormati sai ngukha tisayangi. Timisalko ijuk lamban, wat tihang, wat hatokna, mana tian setukkok'an, mekukuh khik betiknana."

LEHOT NI : Ina Dalom Yusnani Pn Jaya Dilampung

Minggu, 07 Juli 2013

GONG EMAS KEPAKSIAN BELUNGUH

Menurut Tambo Lamban Gedung Kenali, adapun asalnya Gong Emas itu didapat, ialah sebagai yang diceritakan dibawah ini:

Di Ham Limau, Ham artinya kolam, di Limau (Kota Agung) sewaktu seorang penduduk dusun disitu sedang mengail ikan, tiba-tiba dilihatnya didalam air ada bersinar cahaya kuning seakan-akan sinarnya emas; karena menurut pemandangannya itu tadi termasuk pada akalnya tentu cahaya itu ada mengandung arti yang akan mendatangkan keuntungan baginya, dan tidak ada sekali-kali yang ianya menyangka kalau-kalau cahaya itu satu cahaya yang akan membahayakan dirinya, maka iapun terjun kedalam air lalu menyelam; kiranya perasaan orang itu tadi, bukannya ia masuk kedalam air, hanyalah berjalan disatu jalan Raja dan melihat serta bertemu dengan beberapa orang yang sedang menghadiri keramaian dengan membunyikan Gamelan, Gong, dan lain-lain.-


Sewaktu orang itu tadi tiba ditempat orang yang ramai itu, lalu ditegur merekalah akan dia, dan akhirnya berkatalah salah satu dari orang yang banyak itu katanya : Ambillah bunyi-bunyian ini kalau kamu mau. Maka oleh orang tua itu tiada dipikirnya panjang lagi, diambilnya sebuah Gong yang terbesar dari yang lain dan dibawanya berjalan akan pulang; kemudian ia merasa pula yang ia sedang menyelam dalam air, lalu timbul pulalah kembali ditempatnya semula, dan Gong itu diletakkannya, serta berpikir bermaksud akan mengambil yang sebuah lagi.-

Ianya menyelam pula, sebagaimana kejadian pada mulai lalu diambilnya Gong yang sebuah lagi dan dibawanya; sesampainya di daratan pada tempatnya meletakkan Gong yang mula-mula didapatnya itu, kiranya Gong itu sudah hilang, sedangkan diwaktu itu tidak ada seorang juga yang ada ataupun lalu disitu,-

Maka timbullah khawatir dalam hatinya, kalau ia menyelam sekali lagi akan mengambil Gamelan, baiklah kalau gamelan itu telah dapat walaupun Gong ini hilang, tidak mengapa, tetapi bagaimana kalau Gamelan yang diharapkan itu tidak bertemu lagi dan Gong ini hilang pula, satu kerugian saja baginya.-

Oleh karena itu sudahlah, lebih baik Gong ini kubawa pulang, cukuplah sebuah ini saja, barangkali hanya inilah yang rezekiku, katanya.-

Kemudian orang itupun pulanglah kerumahnya dan Gong tadi disimpannya baik-baik, sebab menurut kepercayaannya Gong itu tentu Gong yang bertuah; tetapi akhirnya sangka hatinya itu tidak berarti barang sedikit juga, Gong yang selama ini bercahaya-cahaya dan disangkanya emas itu, lama-kelamaan bertambah hitam juga dan berlumut hijau; sewaktu diperiksanya dengan teliti kiranya Gong itu ialah besi yang buruk saja.-

Sejak itulah Gong tersebut tidak diperdulikannya lagi lalu dibuatnya tempat air untuk mengasah pisau atau lain-lain, dan ditaruhkannya disembarang tempatnya saja di kaki tangga rumahnya.-

Sekianlah telah kejadian ini di Limau (Kota Agung).-

Kemudian orang-orang tua dari Umpu Junjungan Sakti di Kenali, pada suatu malam yang baik selagi tidur nyenyak bermimpi bertemu dengan seorang yang sangat tua, dan ianya berkata: Pergilah engkau ke Limau bilangan Semangka, dan ambillah disitu ada Gong emas memang untukmu, dan sekarang disia-siakan yang menaruhnya saja, dibuatnya tempat air pengasahan.-

Sehingga itu ianya terbangun dari tidurnya, maka tiadalah lagi yang dipikirkannya hanyalah Gong emas itu saja; akhirnya berjalanlah beliau pergi ke Limau (Semangka atau Kota Agung sekarang). Dan sesampainya disana betul apa yang telah kejadian dalam mimpinya dahulu tidak salah barang sedikit juga; sesudah tinggal disitu beberapa hari lamanya, maka bertemulah dengan orang yang dimaksudkan; sebelum membicarakan Gong tersebut, pembicaraan yang lain dahulu dipapar diuraikan kedua orang itu, lama-kelamaan pembicaraan itupun sampailah pada Gong emas yang dimaksudkan.-

Dengan tidak diceriterakan lebih jauh apa-apa percakapan mereka itu, akhirnya Gong emas tersebut diminta oleh tua-tua dari Kenali, dan sebagai tukaran ialah orang yang empunya Gong bermula diberi sepasang gelang emas. Oleh orang empunya gong tadi, gelang itupun diterimanyalah dengan segala suka hatinya; sebab dalam hatinya yang ia sudah beruntung mendapat sepasang gelang emas itu, sedangkan Gong emas yang menjadi tukarannya itu sekedar Gong buruk saja.-

Gong itupun dibawa oranglah ke Kenali, dan dirawat dengan sebaik-baiknya serta digosok dengan hati-hati, akhirnya Gong itu timbul pula bercahaya-cahaya menjadi emas kembali.-

Hingga sekarang Gong itu tetap dijaga dengan baik, dan disimpan dirumah GEDUNG KENALI (Rumah Pesirah sekarang).-

Gong itu jarang benar dikeluarkan apalagi dibunyikan, kecuali kalau ada keramaian bimbang atau NAYUH yang di adakan oleh turunan Paksi Pak di Kenali (Kenali sekarang); selain dari itu waktu Gong tersebut tetap disimpan saja tidak dikeluar-keluarkan dari tempatnya.-

Kecuali dizaman Pangeran Kenali sekarang (Pangeran Djajadilampoeng II), begitu pula dizaman ayah dan nenek beliau, kerap juga dikeluarkan apabila ada tuan-tuan dari Eropa baikpun Ambtenaar atau bukan yang dipandang terhormat, ingin melihat Gong itu, kalau sekiranya ada orang yang ingin melihatnya sudah tentu keinginannya itu tidak akan berhasil.-


Pangeran Djajadilampoeng II

Selain dari Gong emas tersebut, ada pula sebuah gong yang sangat dijaga kebersihan dan cahayanya hingga menyerupai benar cahaya emas, yang dinamai:

GONG PENYAMAR

Gong ini bagi orang yang belum paham tentangan emas kalau sekiranya nampak olehnya sewaktu ditunjukkan padanya apalagi diterangkan pula bahwa Gong itulah yang dikatakan orang Gong emas di Kenali, maka tak dapat tidak orang itu lantas akan percaya saja.-

Maksud Gong itu diadakan oleh tua-tua di Kenali, tiada lain hanyalah supaya memudahkan bagi sembarang orang yang dipandang tidak berapa perlu, yang ingin melihat Gong emas yang sejati, dapat melihatnya; sedangkan Gong penyamar itu selamanya ada tergantung didalam rumah GEDUNG KENALI, dan setiap waktu dapat dilihat walaupun oleh siapa juga.-

Karena Gong emas yang sejati itu sangat dimuliakan karena pusaka, jadi itulah sebabnya maka Gong penyamar itu diadakan, supaya jangan menyusahkan bagi turunan-turunan Umpu Belunguh (Suttan Ratu Pikoeloen, Pesirah di Lampung sekarang) akan mengeluar-luarkan Gong emas itu dari dalam tempatnya.-

Suttan Ratu Pikoeloen



Sumber : Arsip Sejarah Kepaksian Belunguh (disalin oleh Kharis Dwi)


2 komentar:

  1. Assalam.. Limau bukan di Kota Agung, tetapi lebih ke Cukuh Balak (Semaka Asli). Cerita mengenai Gong Emas dari Limau Cukuhbalak (Sekarang menjadi kec. Limau) yang ada di kenali Belalau menurut versi di Semaka adalah sebagai mas kawin pernikahan sebambangan antara Pang. Limau dengan Ratu dari Kenali... Wallahualam Bissawab.. Salam kemuakhian... Tabikpun..

    BalasHapus
  2. payu, hijjo lain cerita tapi bunyi tambo, sai dicancan jurai lurus sikam, sebab sikam juga jak pernah memimpin diwilayah tanggamus. silahko baca sejarah pembagian wilayah bagi kekuasaan banton di lampung, krui, kota agung DLL. terimakasih.

    BalasHapus